WARCRAFT ( 2016 ) | Filmku97
REVIEW WARCRAFT ( 2016 )
Meski baru dua film yang
‘ditelurkannya’, kita sama-sama tahulah kapasitas Ducan Jones sebagai
seorang sutradara berpotensi besar khususnya di genre fiksi ilmiah,
coba lihat saja bagaimana ia sukses membuat kisah seorang astronot yang
kesepian di bulan begitu intens di Moon atau yang dilakukannya ketika ia bermain-main dengan konsep perjalanan waktu di Source Code
yang super keren itu, tetapi kali ini putra dari mendiang rocker David
Bowie harus berhadapan dengan tantangan yang lebih besar, lebih sulit
dan penuh risiko, yakni membawa dunia video game ke layar lebar
yang sudah menjadi rahasia umum adalah sebuah perjudian besar yang
susah untuk dimenangkan, sebuah kutukan mengerikan bagi siapa saja yang
coba-coba bersentuhan dengan adaptasi satu ini.
Tetapi ini Duncan Jones, memang sampai
seberapa buruk sih film yang bisa dibuatnya? Apalagi kali ini sumber
aslinya juga bukan main-main; Adaptasinya dari game strategi komputer ternama macam Warcraft yang sempat mengganggu jadwal tidur para gamers ketika pertama kali di luncurkan 22 tahun silam. Ya, sebagai sebuah RTS (Real Time Strategy) kemunculan seri pertama Warcraft, Warcraft: Orcs & Human
pada tahun 1994 memang menjadi fenomena tersendiri di kalangan gamers
PC. Blizzard Entertaiment sebagai pembuatnya langsung sukses besar yang
kemudian dilanjutkan dengan kemunculan judul-judul lain yang tak kalah
hebatnya, sebut saja sekuel-sekuel Warcraft, sampai tiga seri termasuk
MMORPG World of Warcraft terus berkembang sampai saat ini, franchise Starcfrat yang menjadi mainan wajib anak-anak Korea Selatan sampai franchise RPG Diablo. Ya,
jadi setelah kesuksesan yang diraih Bliizard khususnya seri-seri
Warcraft-nya, hanya tinggal menunggu waktu saja untuk kemudian dibuatkan
versi live-action nya yang akhirnya benar-benar bisa terwujud setelah
pertama kali dicetuskan 2006 silam. Ya, sekali lagi dengan restu penuh
Blizzard Entertaiment, sutradara sekelas Duncan Jones dan dukungan kocek
besar sampai 169 juta dolar dari studio besar macam Legendary dan
Universal Pictures apa sih yang bisa salah dari Warcraft: The Beginning?
Untuk menjawab pertanyaan di atas mungkin harus dilihat dari dua sisi, sisi pertama dari kalangan non-gamers yang sebelumnya tidak pernah bersentuhan dengan sumber aslinya. Ya, mungkin Warcraft: The Beginning akan terasa terlalu familiar di ranah film, khususnya setelah saga The Lord of The Rings
begitu perkasa menghadirkan kisah perseteruan fantasi antara manusia
dan bangsa Orc. Apa yang disajikan Duncan Jones mungkin tidak istimewa
secara premis, penonton awam hanya menganggap ini hanya sekedar sajian
fantasi konvensional yang mengekor kebesaran franchise milik Peter
Jackson itu meski mungkin mereka akan terhibur dengan aksi dan kekuatan
visual efeknya yang betul-betul dimaksimalkan hingga menghasilkan
gambar-gambar yang begitu cantik dengan segala tetek bengek efek CGI-nya
yang keren, tetapi sekali lagi, dari mata awam, Warcfrat: The Beginning hanya menjadi sekedar film hiburan tanpa kesan apa-apa.
Sementara semua akan terasas berbeda jika kamu melihatnya dari sudut lain, sudut seorang gamers yang begitu mencintai franchise video game
satu ini. Warcraft sudah menjadi bagian dari hidup mereka, setiap jam
yang pernah mereka habiskan di depan layar monitor, membangun barrack, farm, dan tower, melepas hero, mage dan Griffin dan menyerbu markas orc atau human dengan segala hafalan shortcut-shortcut
keyboard dan kecepatan menggerakan mouse adalah pengalaman yang tak
terlupakan, jadi tentu saja tidak berlebihan jika kemunculan Warcraft: The Beginning
menjadi sesuatu yang sangat personal dan begitu dinantikan buat mereka.
Ya, buat isa jadi menjadi pengalaman menonton adaptasi video game
terbaik setelah…..entahlah, Tomb Raider atau Final Fantasy VII: Advent Children mungkin?
Hal terbaik yang bisa kamu dapatkan di Warcraft: The Beginning
adalah bagaimana usaha Jones membuatnya sedekat mungkin dengan versi
aslinya, lihat saja desain artistiknya yang luar biasa, meliputi set
kerajaan Azeroth yang cantik sekaligus mistis, Draenor yang tandus dan
mati serta detail-detail karakternya dari Anduin Lothar (Travis Fimmel),
Durotan (Toby Kebbell) sampai Gul’dan (Daniel Wu) si orc warlcok, belum lagi saya menyebut segala pemilihan kostum dan atributnya yang sangat familiar dengan franchise Warcraft. Singkatnya, secara fisik dan atmosfer, Warcfrat: The Beginning adalah sajian live action fantasi yang Warcfraft
banget lengkap dengan parade CGI yang mampu merepresentasikan setiap
sihir dan aksi-aksi memukau serta perang berskala masif lengkap bersama
iring-iringan scoring menggelegar garapan Ramin , meski harus
diakui juga naskah yang dibesut Jones bersama Charles Leavitt tidaklah
sekuat presentasinya, tetapi hal ini bisa dimaklumi mengingat sumber
aslinya juga sebenarnya tidak punya cerita yang jelas, garis besarnya
hanya menampilkan perseteruan manusia dan para orc horde, tidak lebih
tidak kurang namun dalam perjalanannya akan ada ras-rasa baru yang turut
bergabung meramaikan seperti bangsa Night Elf atau Undead. Menariknya lagi, untuk membuat kisahnya sedikit lebih kompleks, Jones memberinya karakter baru yang tidak ada dalam versi game-nya dalam
diri Garona yang dimainkan Paula Patton yang tetap seksi meski dalam
balutan tubuh hijau dan taring menonjol. Sayang, tidak banyak yang bisa
dieksplorasi Jones di sini, mungkin karena ia hanya bagian awal dari
sebuah saga baru sehingga wajar jika kisahnya terasa lemah dan tidak
lengkap. Mungkin jika sukses nanti, kita bisa melihat lebih banyak lagi
di sekuelnya, ya, jika sukses, semoga.
Post a Comment