THE LEGEND OF TARZAN ( 2016 ) | Filmku97
REVIEW THE LEGEND OF TARZAN ( 2016 )
Dari film bisu sampai animasi Disney, dari serial televisi bahkan sampai film porno, menurut IMDB (Internet Movie Database)
terhitung ada 200 judul film tentang Tarzan dalam rentang tahun 1918
sampai 2014, jumlah yang luar biasa masif mengingat karakter manusia
hutan rekaan penulis Inggris, Edgar Rice Burroughs itu memang menjadi
sangat populer sejak pertama kali diperkenalkan pertama kali dalam
sebuah majalah pada 1912. Jadi tidak usah terlalu terkejut jika kamu
akan selalu menemukan versi terbaru Tarzan di tahun-tahun mendatang,
termasuk yang paling anyar adalah The Legend of Tarzan garapan David Yates ini.
The Legend of Tarzan sebenarnya
dibuka dengan cukup menjanjikan. Cerita garapan Adam Cozad dan Craig
Brewer ini bisa dikatakan sedikit berbeda dari yang kamu kenal. ia lebih
tampak seperti sebuah sekuel dari cerita origin Tarzan di mana
narasi utamanya langsung melompat ke beberapa tahun setelah Tarzan
kembali menjadi manusia sejati dengan nama John Clayton III dan tentu
saja sudah sang jagoan rimba sudah beristrikan Jane Porter (Margot
Robbie). Tetapi kehidupan tentang mereka di London yang hampir satu
dekade itu kemudian terusik oleh situasi politik di Kongo yang
memaksa John harus kembali ke hutan untuk sekali lagi menjadi Tarzan.
Sedikit mengejutkan ketika The Legend of Tarzan tidak
memulai segalanya dari awal seperti sebagian besar adaptasi lainnya,
namun bukan berarti Yates melupakan masa lalu Tarzan. Melalui
fragmen-fragmen masa lalu plotnya bergerak maju mundur, menampilkan
momen bagaimana Tarzan kecil di rawat oleh para gorila, pertemuannya
dengan Jane Porter sampai kemudian bersentuhan dengan konflik utama.
Yates turut memberi sentuhan sejarah dari perbudakan, pembantaian sampai
perburuan berlian di Kongo termasuk dua karakter yang benar-benar ada
seperti George Washington Williams (Samuel L. Jackson) and Léon Rom
(Christoph Waltz).
Masalahnya, dengan segala tetek bengek latar belakang historis dan fiksi, The Legend of Tarzan
sebenarnya punya modal konsep yang besar yang membuatnya bisa berbeda
dari kebanyakan adaptasi lain namun sayang pada akhirnya tidak dibarengi
dengan kekuatan bercerita yang mumpuni dan eksplorasi karakter yang
dalam, padahal di atas kertas ia punya dukungan cast mentereng,
sebut saja Alexander Skarsgård, Margot Robbie, Samuel L.
Jackson, Christoph Waltz sampai Djimon Hounsou. Tidak ada ikatan kuat
antara Tarzan dan Jane meski harus diakui Skarsgård cukup tampil
menyakinkan membawakan perannya sebagai penguasa rimba dengan segala
permak fisik yg sangar dan trademark khas Tarzan yang selama
ini kita kenal termasuk, bergelayutan di antara pohon-pohon,
berkomunikasi dengan hewan serta teriakan ikoniknya. Sementara Robbie
dan karakter-karakter lain seperti terbuang percuma oleh peran
mereka karena naskah yang tidak pernah mampu membuat mereka berkembang
dari sekedar karakter ‘hore-hore’ semata.
Sementara untuk set-piece
aksinya, Yates bisa dibilang cukup baik melakukan pekerjaannya. Beberapa
momen terasa seru dan mendebarkan meskipun memang juga susah untuk
jauh-jauh dari kesan chessy khas film-film musim panas yang
bombastis. Untuk spesial efeknya bisa dibilang tidak begitu bagus, kamu
bisa melihat kualitas rendering gorila yang terasa ‘kasar’, seperti
menggunakan teknologi kedaluwarsa.
Post a Comment