Latest Movie :
Recent Movies

GODS OF EGIPT ( 2016 )

GODS OF EGIPT ( 2016 ) | Filmku97



show psJauh sebelum filmnya sendiri tayang, Gods of Egypt sebenarnya sudah dengan sangat gamblang dalam setiap trailernya menunjukkan bahwa dirinya bukanlah jenis film yang pantas kamu anggap serius, apalagi bahan untuk mendalami mitologi Mesir kuno. Tidak ada ceritanya dalam lembaran buku sejarah mana pun dewa-dewa Mesir hidup berdampingan dengan manusia, memiliki darah emas dengan fisik lebih besar dan mampu bertransformasi menjadi binatang besi layaknya robot-robot Transformers. Ya, secara kualitas di atas kertas Gods of Egypt itu buruk, ia punya naskah buruk, akting buruk, eksekusi buruk dan spesial efek buruk. Tetapi terkadang jika kamu sudah menurunkan harapanmu sampai titik yang terendah jauh-jauh hari, Gods of Egypt bisa menyenangkan untuk ditonton untuk sekedar melepas penat, ya, paling tidak, ia lebih enjoyable ketimbang koleganya sesama film aksi petualangan fantasi mitologi macam Clash of The Titans dan sekuelnya, Wrath of the Titans,
Semua dewa-dewi Mesir yang ditampilkan di sini memang ada dalam buku-buku sejarah yang pernah kamu baca, dari Dewa matahari; Ra, Osiris, Horus, Set, Thoth sampai Anubis penguasa alam baka, tetapi dunia Gods of Egypt garapan Alex Proyas (The Crow, Dark City, I, Robot, Knowing) ini bisa dibilang sedikit berbeda ketika menggunakan set dunia alternatif Mesir kuno yang diberi sentuhan modern. Dikisahkan Horus (Nikolaj Coster-Waldau), si penguasa udara tengah bersiap untuk dilantik menjadi raja Mesir baru menggantikan ayahnya, Osiris (Bryan Brown) namun siapa sangka di tengah kemeriahan pesta besar peralihan kekuasaan itu, Set (Gerard Butler) adik Osiris datang dengan agendanya sendiri; menghadirkan kekacauan luar biasa guna merebut singgasana sang calon raja baru. Hasilnya, Osiris terbunuh, sementara Horus kalah dalam sebuah pertarungan, tidak hanya kehilangan posisinya sebagai raja, ia juga harus merelakan kedua matanya di ambil paksa Set dan menerima hukuman diasingkan. Dari sini, siapa sangka nasib Mesir dan para dewa ternyata bergantung pada sosok manusia bernama Bek (Brenton Thwaits).

Jujur, premis yang ditawarkan Gods of Egypt memang jauh dari mitologinya, namun susah untuk menyangkal bahwa modifikasi elemen Shakespearean klasik dengan segala perebutan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan para dewa-dewi yang tersaji dalam ranah fantasi ini menarik. Sayang konsep hanya sebatas konsep, karena di lapangan duo penulisnya, Matt Sazama dan Burk Sharpless gagal menghadirkan sebuah kedalaman cerita yang cukup untuk membuat penontonnya bisa terikat dan peduli dengan nasib para karakternya. Ya, mengecewakan memang melihat sebuah potensi menarik terbuang percuma begitu saja dengan segala presentasi yang serba kacau, bahkan spesial efek vaganza yang menjadi daya tarik utamanya selain dua aktor utamanya yang terlihat cakep menggunakan pedang dan sandal juga jauh dari luar biasa. Bayangkan, dengan bujet yang menyentuh 140 juta Dolar, kualitas CGI Gods of Egypt hanya sedikit lebih baik dari sinetron laga naga Indosiar, bahkan CGI dari video game next gen saja masih jauh lebih keren. Oke, mungkin saja kamu bisa mengesampingkan kualitas cerita mediokernya, toh, kita tahu bahwa Gods of Egypt diciptakan bukan buat bersaing mendapatkan penghargaan Oscar buat naskah terbaik 2017 nanti, masalahnya, adegan aksi yang diharapkan ternyata juga tidak terlalu perkasa. Kamu bisa memasukkan Gods of Egypt dalam kategori film tanpa otak yang berisik, di satu sisi melihat segala kehebohan dan kekacauan yang dihasilkan bisa menjadi sebuah tontonan menghibur berskala besar namun di sisi lain ia tidak jarang terlihat murahan dan konyol, tak jarang kita menertawakan segala kebodohan narasi dan karakternya, belum lagi beberapa visual efeknya yang kasar, seperti proses transformasi yang buruk dan pertarungan yang jauh dari kata mengesankan, ya, beruntung ia masih punya cukup stok pemanis yang efektif dari misalnya Courtney Eaton sebagai Zaha yang cantik atau Chadwick Boseman yang mampu menghadirkan eksotisnya dewi Thoth, ya, setidaknya buat kaum adam yang menonton.
Osiris (Bryan Brown) yang juga sebagai dewa kebangkitan sedang mengumumkan penganugerahan tahta Mesir pada anaknya Horus (Nikolaj Coster-Waldau) dewa keadilan, tiba-tiba datang Seth (Gerard Butler) yang saat itu masih dewa gurun yang kembali dari pengasingannya di gurun, bersama ribun pasukan untuk mengkudeta tahta osiris sebelum diberikan pada horus, saat itulah seth membunuh osiris dan kemudian bertarung dengan horus, pertarungan sengit diantara keduanya tak terhindarkan, seth yang telah teruji ketangguhannya karena sekian lama diasingkan mampu mengalahkan horus yang memang selama ini terlalu berfoya-foya dalam buaian kehidupan glamor kerajaan mesir. Pertarungan yang disaksikan semua dewa yang hadir diantaranya Isis (Rachael Blake) dewi ibu dan thoth (Chadwick Boseman) dewa kebijaksanaan. Dalam pertarungan itu seth mencongkel kedua mata horus dan ketika hendak membunuhnya, dihalangi oleh sang ratu hathor yang merupakan dewi cinta, karena hathor lah horus tidak dibunuh melainkan diasingkan disebuah kuil. Ditempat lain Bek (Brenton Thwaites), seorang pemuda yang cekatan, seorang pencuri ulung nan lincah mencintai seorang gadis bernama zaya (Courtney Eaton), karena perubahan pada pemerintahan mesir, mereka tak lagi bisa bebas memadu kasih, bek dijadikan budak dalam pembangunan bangunan-bangunan megah mesir, sementara zaya dijadikan pelayan seorang arsitek nomor satu mesir urshu (Rufus Sewell). Ketidakadilan pemerintahan seth berlangsung sekian lama, namun keyakinan zaya terhadap horus tidak berubah, ia tetap yakin bahwa suatu saat mesir akan diselamatkan oleh horus. Dari keyakinan zaya yang sedemikian teguh, bek mulai mempunyai keinginan untuk berbuat sesuatu, yaitu mencuri mata horus yang disimpan seth, ide gila itu didukung oleh kekasihnya zaya yang akhirnya mencuri denah bangunan yang penuh jebakan dari arsip urshu, dari denah itu bek mempelajari setiap jebakan dan bagaimana memasuki bangunan tempat mata horus disimpan. Berangkatlah bek menuju kuil mata horus, dengan mudahnya bek mengambil mata horus yang ternyata hanya satu itu dan dibawanya ke tempat zaya, namun tak disangka, urshu mengetahui rencana mereka berdua (bek dan zaya), dan memaksa untuk memberikan apa yang dicuri bek, dengan sigap bek mengeluarkan mata horus dan cahaya sangat terang dan menyilaukan itu mampu membuat urshu dan para penjaga silau, saat itulah bek membawa kabur zaya, namun sayang, ditengah jalan zaya terkena panah dan sekarat, dengan begitu khawatir bek membawa zaya ke tempat horus diasingkan, namun sampai di kuil nyawa zaya tak tertolong, dikuil terpencil itu bek menemui horus dan menawarkan mata namun dengan syarat horus harus menghidupkan zaya kembali, awalnya horus bersikeras untuk mengambil matanya, namun kelincahan bek menyulitkannya, ditambah lagi ia masih dalam keadaan buta, akhirnya horus mengiyakan permintaan bek meski ia tahu bahwa anubis yang merupakan dewa kematian tak kan bisa mengembalikan ruh yang terlanjur meniti jalan akhirat. Horus mengatakan ia harus membunuh seth terlebih dahulu, dan meletakkan zaya dalam sebuah sarkofagus didalam kuil. Bek dan horus mengadakan perjalanan menuju kerajaan seth, ditengah jalan mereka bertemu hathor, yang sedang melarikan diri dari kemarahan seth yang marah karena mengetahui hathor masih mencintai horus meskipun statusnya kini adalah sang ratu pendamping seth, hathor melarikan diri menggunakan gelangnya, gelang hathor adalah gelang yang selama ini menjaganya tetap pada cahaya dan dunia, bila dilepas ia akan ditarik kembali pada kegelapan, dunia bawah, dunia para iblis. Horus terlibat pembicaraan dengan hathor perihal zaya, satu-satunya cara agar zaya dapat ditebus adalah dengan memberikan gelang hathor pada pengadilan akhirat. Hathor bersikeras karena melihat cinta bek yang begitu besar pada zaya, meskipun hal itu mendapat tentangan dari horus. Sementara itu, seth terus membangun menara-menara pencakar langit, ia semakin sombong, membunuh para dewa untuk diambil kekuatannya, diantaranya adalah otak keijaksanaan thoth, sayap dewa lain dan terakhir berangkat ke singgasana Ra dewa matahari, ia kemudian berhasil membunuh ra dan merebut tongkatnya, dengan matinya ra, seluruh alam semesta goyah tak terkecuali alam baka dimana zaya akan diadili dengan tebusan gelang hathor, anubis dengan segala kekuatannya mencoba untuk membendung kehancuran alam baka. Horus dan bek yang berhasil menyelinap kemudian bertarung dengan seth, pertarungan sengit diantara ketiganya sampai pada bek mampu mencongkel mata horus yang ada di mata seth, dan memberikannya pada horus, dan akhirnya horus mampu mengalahkan seth, semua rakyat mesir menyambut gembira, horus pun mengembalikan otak thoth dan tongkat ra, semua dewa kembali hidup, bek dan zaya pun diminta tinggal dikerajaan.source : http://sinopsisfilm.reviews/gods-of-egypt


THE LEGEND OF TARZAN ( 2016 )

THE LEGEND OF TARZAN ( 2016 ) | Filmku97


 REVIEW THE LEGEND OF TARZAN ( 2016 )

Dari film bisu sampai animasi Disney, dari serial televisi bahkan sampai film porno, menurut IMDB (Internet Movie Database) terhitung ada 200 judul film tentang Tarzan dalam rentang tahun 1918 sampai 2014, jumlah yang luar biasa masif mengingat karakter manusia hutan rekaan penulis Inggris, Edgar Rice Burroughs itu memang menjadi sangat populer sejak pertama kali diperkenalkan pertama kali dalam sebuah majalah pada 1912. Jadi tidak usah terlalu terkejut jika kamu akan selalu menemukan versi terbaru Tarzan di tahun-tahun mendatang, termasuk yang paling anyar adalah The Legend of Tarzan garapan David Yates ini.

The Legend of Tarzan sebenarnya dibuka dengan cukup menjanjikan. Cerita garapan Adam Cozad dan Craig Brewer ini bisa dikatakan sedikit berbeda dari yang kamu kenal. ia lebih tampak seperti sebuah sekuel dari cerita origin Tarzan di mana narasi utamanya langsung melompat ke beberapa tahun setelah Tarzan kembali menjadi manusia sejati dengan nama John Clayton III dan tentu saja sudah sang jagoan rimba sudah beristrikan Jane Porter (Margot Robbie). Tetapi kehidupan tentang mereka di London yang hampir satu dekade itu kemudian terusik oleh situasi politik di Kongo yang memaksa John harus kembali ke hutan untuk sekali lagi menjadi Tarzan.

Sedikit mengejutkan ketika The Legend of Tarzan tidak memulai segalanya dari awal seperti sebagian besar adaptasi lainnya, namun bukan berarti Yates melupakan masa lalu Tarzan. Melalui fragmen-fragmen masa lalu plotnya bergerak maju mundur, menampilkan momen bagaimana Tarzan kecil di rawat oleh para gorila, pertemuannya dengan Jane Porter sampai kemudian bersentuhan dengan konflik utama. Yates turut memberi sentuhan sejarah dari perbudakan, pembantaian sampai perburuan berlian di Kongo  termasuk dua karakter yang benar-benar ada seperti George Washington Williams (Samuel L. Jackson) and Léon Rom (Christoph Waltz).

Masalahnya, dengan segala tetek bengek latar belakang historis dan fiksi, The Legend of Tarzan sebenarnya punya modal konsep yang besar yang membuatnya bisa berbeda dari kebanyakan adaptasi lain namun sayang pada akhirnya tidak dibarengi dengan kekuatan bercerita yang mumpuni dan eksplorasi karakter yang dalam, padahal di atas kertas ia punya dukungan cast mentereng, sebut saja Alexander Skarsgård, Margot Robbie, Samuel L. Jackson, Christoph Waltz sampai Djimon Hounsou. Tidak ada ikatan kuat antara Tarzan dan Jane meski harus diakui Skarsgård cukup tampil menyakinkan membawakan perannya sebagai penguasa rimba dengan segala permak fisik yg sangar dan trademark khas Tarzan yang selama ini kita kenal termasuk, bergelayutan di antara pohon-pohon, berkomunikasi dengan hewan serta teriakan ikoniknya. Sementara Robbie dan karakter-karakter lain seperti terbuang percuma oleh peran mereka karena naskah yang tidak pernah mampu membuat mereka berkembang dari sekedar karakter ‘hore-hore’ semata.

Sementara untuk set-piece aksinya, Yates bisa dibilang cukup baik melakukan pekerjaannya. Beberapa momen terasa seru dan mendebarkan meskipun memang juga susah untuk jauh-jauh dari kesan chessy khas film-film musim panas yang bombastis. Untuk spesial efeknya bisa dibilang tidak begitu bagus, kamu bisa melihat kualitas rendering gorila yang terasa ‘kasar’, seperti menggunakan teknologi kedaluwarsa.

TRAILER THE LEGEND OF TARZAN ( 2016 )

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Filmku97 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger